Saatnya Industri Baja Beralih ke Tungku Ramah Lingkungan


Pakar kesehatan lingkungan Universitas Indonesia (UI) Budi Haryanto menegaskan, sudah saatnya industri baja di Tanah Air beralih menggunakan tungku yang lebih ramah lingkungan, seperti electric arc furnace.

Pasalnya, tungku induksi (induction furnace) yang diperkirakan masih digunakan beberapa industri ini, dinilai memperburuk kualitas udara, yang pada akhirnya berdampak pula bagi kesehatan manusia.

Saat ini, tungku induksi yang sudah dilarang di berbagai negara, termasuk China. Bahkan, Pemerintah Kota San Simon di Filipina juga melarang penggunaan tungku induksi, setelah adanya laporan penyakit pernafasan di desa-desa di dekat industri baja.

“Makanya, industri baja nasional harus lebih ramah lingkungan. Karena, jika proses produksi menghasilkan polutan PM 2,5, efek jangka panjangnya bisa memunculkan penyakit-penyakit yang menyerang berbagai organ, seperti paru-paru, jantung, sistem saraf pusat yang menyebabkan gangguan otak dan sebagainya. Bahkan, sistem peredaran darah dan sistem reproduksi,” tegas Budi, Rabu (25/10/2023).

PM 2,5 adalah partikel udara berukuran lebih kecil atau sama dengan 2.5 µm (mikrometer). Menurut Budi, PM 2,5 berisi berbagai material, senyawa kimia atau berbagai gas, tergantung pada sumbernya, termasuk juga metal. Ketika sudah menjadi polusi udara, partikel itu bercampur dengan udara.

Budi menambahkan, dalam jangka panjang, PM 2,5 memang punya dampak buruk, termasuk kemungkinan mutasi DNA, gangguan janin, jantung, dan bahkan kematian dini.

“Semua sangat memungkinkan, karena di dalam tubuh, material di dalam polusi udara akan menyebar sesuai target organnya. Misalnya, kalau merusak sistem syaraf pusat, kaitannya dengan kecerdasan dan semua yang berhubungan dengan otak, termasuk stroke. Terhadap organ lain juga begitu, bisa menyebabkan kanker paru-paru, gangguan reproduksi, dan sebagainya,” kata dia.

Lebih dari itu, dia mengatakan, mengingat induction furnace tidak bisa menyedot asap dan debu, ini bisa memicu dampak ke kesehatan dalam jangka pendek. Sebab, Asap dan debu berukuran lebih besar dan reaksinya bisa langsung terhadap mata dan kulit.

“Selain itu, ini bisa menyebabkan gangguan saluran pernafasan. Efeknya langsung, jangka pendek, seperti kita menghirup asap dari kebakaran hutan,” jelas dia.

Dalam kaitan itu, Budi sependapat, industri memang harus beralih ke tungku yang lebih ramah lingkungan, termasuk electric arc furnace. Terlebih, pekan lalu, Kementerian Perindustrian berniat menyempurnakan langkah-langkah strategis untuk mencapai target net zero emission (NZE). Bahkan, Kemenperin ingin sektor industri bisa mencapai NZE lebih cepat 10 tahun, yakni pada 2050.

“Makanya, ini harus dibarengi dengan tindakan terhadap industri, termasuk industri baja agar lebih ramah lingkungan. Perlu ketegasan, karena dampaknya besar sekali, termasuk pada kesehatan manusia,” pungkas Budi.

Sumber : https://investor.id/business/344134/saatnya-industri-baja-beralih-ke-tungku-ramah-lingkungan

News

Forum Investor Bekasi

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Whats App